Cari Blog Ini

Sabtu, 24 Juli 2021

Relasi Tiongkok - Nusantara Dari Abad Ke Abad

Relasi Tiongkok - Nusantara Dari Abad Ke Abad


 Setelah zaman Masehi, beberapa catatan berita Cina
menyebutkan tentang perjalanan beberapa tokoh agama Budha
dari daratan Cina ke India, dan singgah di berbagai
 tempat di Nusantara.

Mereka antara lain adalah

413 M
Fa Hsien yang singgah di daerah yang disebut “Jawa,”
dalam perjalanannya antara Cina dan India, pada  413 M (Masehi).

664 M
Pendeta Budha Hwi Ning singgah di sebuah daerah yang disebut Holing
(Jawa utara) pada tahun 664 M, dan

671 M
Pendeta I Tsing singgah di Sriwijaya pada  671 M (Masehi).
Setelah adanya beberapa yang singgah,  kepulauan Nusantara mulai dikenal
orang Cina, khususnya para penguasanya. Yang kemudian membuat
terjalinnya  hubungan diplomatik antara beberapa kerajaan di Nusantara
 dengan penguasa daratan Cina.

904 M
Dikatakan bahwa mulai tahun 904, kerajaan Sriwijaya di pantai timur
Sumatera mengirim utusan diplomatik dan berdagang di Cina.

1200
Pada 1200, tercatat dalam kitab Chan Ju Kua tentang adanya dua kerajaan kuat di Nusantara, yaitu Sriwijaya di Sumatera dan Kediri di Jawa.  


1279 Invasi Mongol meruntuhkan Dinasti Jin (Utara) Dan menghancurkan Dinasti Song (Selatan). Ku Balai Khan mendirikan Dinasti Yuan.

1289
Pada  1289, kaisar Cina Kubilai Khan mengirim seorang utusan,
yaitu Meng Ki, ke Singosari di Jawa Timur, meminta agar Singosari
 mengakui kedaulatan kerajaan Cina atas daerah mereka.
Namun raja Singosari tidak menggubris permintaan tersebut.

1292
Merasa terhina, Kubilai Khan mengirimkan 10,000 serdadu untuk menghukum Singosari pada 1292. Sebagaimana diketahui, ekspedisi ini menemui kegagalan karena diperdayakan oleh menantu Raja Singasari, Raden Wijaya. Sebagian dari tentara Kubilai Khan yang lari kemudian tertinggal di Jawa dan menetap menjadi penduduk setempat

1293 Ku Balai Khan munudur sebagai Kaisar dan Diteruskan oleh Temur Khan. meninggal pada tahun 1294. Akan tetapi detil kematian Ku Balai Khan yang tidak jelas membuat para seniman penulis menkoneksikan kematian Ku Balai Khan dengan Raden Wijaya. Ku Balai Khan mati di Jawa oleh pasukan Raden Wijaya. Kematian Ku Balai Khan ini bersesuaian dengan kehancuran Pasukan Mongol di Pulau Jawa, dan praktis menghentikan selusuh penaklukan gila-gilaan yang dilakukan ke seluruh Asia, Jepang, Korea, Vietnam, bahkan sampai menyentuh Pulau Jawa.Akan tetapi Dinasti Yuan masih menguasai China sampai 74 tahun kemudian. Baru pada tahun 1368 Dinasti Yuan dihancurkan oleh pendiri Dinasti Ming.

1368 Zhu Yuanzhang berhasil mengusir kembali ke Mongol Dinasti Yuan . Zhu Yuanzhang mendirikan Dinasti Ming. Berdirinya Dinasti Ming membuat komunikasi dengan Majapahit di Pulau Jawa kembali terbangun. Musuh Dinasti Yuan (Ku Balai Khan) adalah setengah sahabat bagi Majapahit. Komunikasi yang bersahabat terjadi dengan baik dengan Dinasti Ming. 


1377 : Pada tahun ini ada catatan kedatangan utusan kerajaan di Jawa ke Kerajaan Ming. Satu utusan dari La Po Wu (Hayam Wuruk ? Majapahit Barat ?) dan satu utusan lagi dari Loa Wang Chieh (Bhre Wengker ? Majapahit Barat?)

 

1400-1511
Akhir Abad 14
 Perantauan orang Cina ke Nusantara, khususnya untuk keperluan dagang, baru muncul pada zaman dinasti Ming, persisnya pada akhir abad ke 14, ketika diberitakan adanya beberapa pedagang Cina yang menetap di Palembang dan Temasik (Singapura). Keadaan ini terus berlanjut sampai pada zaman kerajaan
Melaka (yang berlangsung dari 1400 sampai 1511).

1416 Di Jawa, pada tahun 1416, seorang penulis Cina yang ikut ekspedisi Laksamana Cheng Ho dan Laksamana Sam Po Bo, yaitu Ma Huan, melaporkan tentang adanya komunitas-komunitas pedagang Cina di kota-kota pantai utara Jawa.

Pada Masa Kaisar Yongle (1402-1424), Chengzu/Taizong (Nama Kuil), Wendi (Gelar setelah meninggal), Zhudi (Nama Asli)

1455 : Lahirlah Raden Fatah, dari Siu Ban Ci, istri Brawijaya V yang dihadiahkan oleh Kaisar Dinasti Ming China Yan Lu (Kemungkinan adalah Kaisar Jing Tai (1449-1457), Daizong (nama kuil), Jingdi (setelah meninggal), Zhu Qiyu (Nama Asli))

Pengiriman putri untuk Brawijaya V kemungkinan bisa dikaitkan juga dengan peristiwa penangkapan Kaisar Zhentong (1435-1449) yang berhasil ditawan oleh pihak Mongolia, Esen Khan, pada tahun 1449. Pihak Mongol ingin menghidupkan kembali Dinasti Yuan (Dinastinya Khu Balai Khan). 

Pemberian putri ke Brawijaya V ini tentu saja terkait dengan Kekalahan Khu Balai Khan oleh Majapahit di 1292. Beberapa analis seniman menggambarkan Khu Balai Khan yang terbunuh dan dipenggal kepalanya di jaman Raden Wijaya. Kehebatan Majapahit ini dalam menghadapi Mongol, bisa dikaitkan dengan pemberian putri ke Prabu Brawijaya V untuk membantu memperkuat perjuangan Dinasti Ming yang masih dibayang-bayangi oleh tertangkapnya Rajanya Zhentong  dan ditawan oleh para keturunan Dinasti Yuan (dari Mongolia). Raja Zhentong berhasil diselamatkan kembali ke istana pada tahun 1450 (satu tahun setelah ditangkap). Akan tetapi konflik yang terjadi di istana yang rumit kemungkinan membuat Kaisar Jing Tai mengijinkan usulan para Menterinya untuk mendapatkan penasihat dari Majapahit soal Mongolia. Salah satu yang terkenal adalah Yu Qian yang membantu menyelamatkan Dinasti Ming setelah tertangkapnya Raja Zhentong dengan mengangkat Adiknya Raja Jing Tai menjadi Kaisar. 

Kemungkinan setelah pengiriman putri ini. Pihak Majapahit mengirimkan utusan untuk membantu China memecahkan masalah rumit yang terjadi di Dinasti Ming

Usulan pengiriman putri Ke Majapahit ini terjadi sebelum Yu Qian dihukum pancung oleh Raja Zhentong pada tahun 1457.  Akan tetapi pada tahun 1460 Raja Zhentong yang kembali berkuasa menyesali tindakan salahnya membunuh Yu Qian dan tindakan salahnya berhura-hura dan tidak memperhatikan kondisi kerajaan.

Kaisar Zhentong yang berkuasa kembali pada (1457-1464), kembali menghadiahkan Brawijaya V seorang putri dari China yang tidak diketahui namanya untuk menebus kesalahannya pada Yu Qian dan permintaan maaf kepada Raja Majapahit atas tragedi pembunuhan Yu Qian yang salah pada tahun 1457.

1460 : lahirlah Raden Mas Said (Sunan Kalijaga)


awal Abad 16
 Migrasi ke Nusantara dalam jumlah yang terhitung banyak pada
 masa berikutnya terjadi karena dua faktor.
Pertama adalah pemberontakan-pemberontakan di daratan Cina
 pada zaman pergantian kekuasaan politik dari dinasti
Ming ke dinasti Manchu, yang mendorong keluar pihak
 yang kalah dan dikejar-kejar. Kejadian ini bersamaan dengan
 masuknya Orang Eropah ke daratan Cina pada awal abad ke 16, yang
membuat jalan ke Laut Selatan (Nan Yang), khususnya ke
Nusantara.  

Akhir Abad 19-Abad 20
Menjelang akhir abad ke 19 sampai dasawarsa ketiga abad ke 20,
terjadi lonjakan besar migrasi orang Cina ke Nusantara.
Lonjakan ini terjadi karena pertama perubahan kebijakan
pemerintah Cina terhadap para migran. Kini migran tidak lagi
dipandang hina, tapi malah disokong dan dibanggakankarena banyak
 membawa uang masuk untuk keluarga mereka, karena itu larangan
 untuk meninggalkan negeri Cina dicabut. Kedua karena makin
 maraknya pemberontakan dan kerusuhan di daratan Cina. 


Kembali ke Sejarah Cina Dari Masa Ke Masa