Semangat menemukan vaksin Covid 19 yang paling efektif untuk mengatasi serangan Covid 19, tidak juga mereda. Setelah beberapa jenis vaksin berhasil diluncurkan secara global beberapa bulan terakhir ini. WHO mencatat masih ada ratusan lagi jenis Vaksin yang antri diuji coba untuk diluncurkan secara global.
Laporan yang dibuat oleh WHO awal Agustus 2021 yang lalu mencatat ada 292 vaksin baru yang sedang dalam tahap uji coba di WHO. siap menyusul vaksin-vaksin yang telah dilauching beberapa bulan terakhir.
Laporan WHO yang bertajuk Candidate Vaccine Development tersebut mencatat 108 jenis vaksin baru yang berada dalam tahap klinik, sedangkan 184 jenis vaksin baru lainnya berada dalam tahapan pre klinik.
Berdasarkan standard yang diadopsi oleh WHO dan diwajibkan di seluruh dunia, sebelum disetujui dan diproduksi untuk manusia, calon vaksin harus
melewati beberapa tahap pengujian terlebih dahulu, di antaranya:
Pra Klinis, pada tahap ini vaksin diuji coba pada hewan. Tujuannya untuk melihat ada atau tidak perubahan imun.
Fase
1 pengujian Klinis, vaksin akan diberikan kepada sekelompok kecil
manusia. Nantinya akan dilihat apakah vaksin cukup aman dan akan
dipelajari respons imun yang muncul.
Fase 2 pengujian klinis, vaksin mulai diberikan pada kelompok orang yang lebih besar, hingga ratusan orang, sehingga peneliti bisa mempelajari lebih banyak tentang keamanan dan dosis vaksin yang tepat.
Fase 3 uji klinis, merupakan tahap terakhir sebelum disetujui. Pada tahap ini, vaksin diberikan pada ribuan orang dan dicari tahu apakah ada efek samping yang muncul serta menilai sejauh mana vaksin bisa melindungi dari serangan virus.
Beberapa jenis vaksin yang diproduksi di dunia ada yang menolak menggunakan pendekatan yang dijadikan standard oleh WHO ini. Vaksin Sputnik buatan Rusia yang menjadi vaksin pertama yang berhasil diproduksi menolak menggunakan tahapan rumit yang dijadikan standar oleh WHO. Sehingga peredaran sputnik pun menjadi tidak populer dan cenderung harus berhadapan dengan berbagai prosedur penghambatan dari WHO.
10 PLATFORM DIGUNAKAN KANDIDAT VAKSIN BARU
108 vaksin yang telah memasuki uji tahap klinis tersebut menggunakan 10 platform pembuatan vaksin yang berbeda. Mulai dari menggunakan platform protein sub unit, sampai platform viral vector, dan metode RNA. 108 vaksin baru ini di luar 3 kandidat vaksin yang dinyatakan gagal melanjutkan penelitiannya di tahap klinik ini.
Sebanyak 36 jenis Vaksin baru tercatat menggunakan platform Protein sub unit. Platform ini paling dominan digunakan pada 108 jenis vaksin baru ini. Sedangkan metode platform yang hanya digunakan oleh 1 jenis vaksin baru adalah menggunakan platform "VVnr+APC atau VVnr plus antigen Presenting Cell."
Ada tiga Platform lain yang termasuk tidak disuakai oleh para penemu vaksin ini, karena masing-masing hanya dipakai oleh dua jenis vaksin saja. Plaform VVr (Viral Vector/Replicating), VVr+APC (VVr plus antigen Presenting Cell), dan Platform LAV (Live Attenuated Virus) adalah 3 platform yang hanya digunakan masing-masing oleh dua jenis vaksin baru.
Data yang dilansir WHO tersebut juga menunjukkan ada beberapa jenis Vaksin. 1 jenis Vaksin hanya perlu diberikan satu kali dosis saja, tidak perlu banyak-banyak.
Sementara itu 70 jenis vaksin baru yang lain harus diberikan dalam dua dosis yang masing-masng berjarak, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari. 1 jenis vaksin yang lain mewajibkan pemberian 3 kali dosis (dosis kedua pada hari ke 28, dan dosis ketiga pada hari ke 56). Sementara itu 21 jenis vaksin baru yang lain belum diketahui bagaimana dosis yang harus diberikan nanti setelah diluncurkan global.
Dari total 108 jenis yang segera siap diluncurkan global ini paling tidak ada 3 jenis vaksin baru yang telah menyatakan bahwa metode pemberiannya secara oral alias ditelan, tidak diinjeksi sebagaimana vaksin-vaksin yang sebelumnya telah beredar. Ini kabar gembira buat yang alergi atau takut pada jarum suntik.
Dua Inisiatif Vaksin Indonesia Masuk Dalam Review WHO
Dalam daftar penelitian Vaksin baru yang direview WHO tersebut disebutkan juga dua inisiatif Vaksin asal Indonesia. Yang pertama adalah Vaksin yang digagas oleh Mantan Menkes Terrawan. Vaksin Terrawan yang ditasbih sebagai Vaksin Nusantara ini dicatat oleh WHO sebagai vaksin buatan :
Aivita Biomedical, Inc. National Institute of Health Research and Development, Ministry of Health Republic of Indonesia
Platform Vaksin ini dicatat sebagai platform berbasis :
Dendritic cell vaccine AV-COVID-19. A vaccine consisting of autologous dendritic cells loaded with antigens from SARS-CoV-2, with or without GM-CSF
Vaksin dr Terrawan ini telah berhasil masuk dalam tahapan klinis, melampaui Vaksin buatan Biofarma yang baru masuk dalam tahapan Pre Klinis. Catatan resmi dari WHO ini menampik berbagai diskusi miring yang dilakukan oleh oknum pengelola BPOM dan beberapa ahli dalam negeri yang menampik metode Sel Dendritik yang diusulkan oleh dr. Terrawan yang nyentik tersebut. Sebelumnya BPOM dan beberapa ahli dalam negeri yang skeptis dengan penemuan dr. Terawan ini menampik dan menolak model pengembangan vaksin dr, Terrawan yang diangap tidak lazim. Akan tetapi pencatatan resmi yang dilakukan oleh WHO ini menjadi jawaban yang telak terhadap semua klaim dan diskusi yang dibumbui berbagai argumen non teknis yang membuat bingung para pendengar awam.
Pencatatan oleh WHO ini sekaligus menjadi tamparan telak bagi oknum yang menggunakan instansi negara untuk mendukung opini dan pendapat pribadi yang bahkan telah dianulir oleh pencatatan yang dilakukan oleh WHO ini. Sayangnya tidak ada pernyataan resmi yang mengklarifikasi berbagai perdebatan yang tidak produktif yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu.
Sementara itu Vaksin yang digagas Lembaga Eijkman, LIPI, dan Inisiatif beberapa Perguruan Tinggi Indonesia yang diteruskan oleh Biofarma tercatat baru masuk dalam tahap Pre klinis, jauh lebih lambat dari Vaksin dr Terrawan. WHO mencatat vaksin Biofarma ini sebagai Vaksin Covid 19 baru buatan : Bio Farma + Baylor College Medicine . Platform yang digunakan oleh Vaksin Biofarma tercatat menggunakan platform Protein subunit, Recombinant SARS CoV-2 RBD Protein, Alum adjuvanted
Kandidat Vaksin Yang Gagal Dalam Tahap Klinis
Diluar 108 kandidat Vaksin yang berada dalam tahap Klinis, tercatat ada 3 kandidat Vaksin yang gagal di tengah jalan.
1. Vaksin AdCOVID, Adenovirus-based platform expresses receptor-binding domain (RBD) of spike protein Altimmune, Inc.
2. Vaksin V591-001 - Measles-vector based (TMV-o38) Merck & Co. + Themis + Sharp & Dohme + Institute Pasteur + University of Pittsburgh
3. Vaksin MF59 adjuvanted SARS-CoV-2 Sclamp vaccine CSL Ltd. + Seqirus + University of Queensland
Ketiga jenis vaksin yang telah memasuki tahapan klinis ini gagal di tengah jalan dan dicatat oleh WHO sebagai Kandidat Vaksin yang gagal. (VIJAY).