Cari Blog Ini

Minggu, 24 Oktober 2021

Krisis Energi Di Singapura

Ini Bukti Nasib Singapura di Tangan RI, Terancam Gelap Gulita
 

News - Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
22 October 2021 07:01

 


Jakarta, CNBC Indonesia -
Singapura jadi salah satu negara yang mengalami krisis energi setelah
negara-negara di Eropa, Inggris, China, hingga India. Ini terjadi
setelah Setidaknya ada tiga perusahaan retail listrik yang memutuskan berhenti
dari bisnis listrik. Ini seiring dengan kendalanya pasokan energi seperti
gas dan lonjakan harga komoditas itu serta bahan bakar lainnya.

Pekan lalu, perusahaan retail listrik independen terbesar di Singapura
iSwitch dan perusahaan retail yang lebih kecil Ohm Energy memutuskan
berhenti dari bisnis retail listrik. Langkah ini kemudian diikuti
Best Electricity, Selasa (19/10/2021), akibat volatilitas pasar
energi membuat perusahaan "tidak memiliki pilihan lain".

Sementara perusahaan lain, Union Power, mengatakan akan menghentikan
sekitar 850 akun ritel sebagai bagian dari reorganisasi bisnis.
Pengecer independen ini menekankan, bagaimanapun, mereka tidak
akan keluar dari pasar.

Pakar industri menganggap tidak akan mengejutkan jika lebih banyak
pengecer memutuskan untuk keluar. Ini, kata pengamat, karena
"badai sempurna" di pasar energi global dan domestik.

Kondisi ini juga berdampak pada meningkatnya tagihan listrik kepada
konsumen karena harus menanggung beban biaya produksi listrik
yang tengah melonjak saat ini.

Secara keseluruhan, konsumen harus mempersiapkan diri memperoleh
tagihan listrik yang lebih besar, mengingat 95% listrik
Singapura dihasilkan dari gas alam impor.

Situasi di Singapura rupanya juga disebabkan oleh ketergantungan
ke Indonesia. Di antaranya gangguan impor gas dari pipa gas
West Natuna RI dan rendahnya pasokan gas dari Sumatera Selatan (Sumsel).

Saat dikonfirmasi CNBC Indonesia, Satuan Kerja Khusus Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK) Migas membenarkan
adanya gangguan pasokan gas ini. Namun dikatakan distribusi sudah membaik.

"Distribusi gas pada September sudah mulai membaik, dibandingkan
Juli yang mengalami gangguan produksi, namun belum kembali normal
seperti awal tahun ini. Hal ini disebabkan penurunan laju produksi
gas di salah satu lapangan" tegas Deputi Operasi SKK Migas
Julius Wiratno ke CNBC Indonesia.

Di sisi lain, Kondisi ini juga berdampak pada meningkatnya
tagihan listrik kepada konsumen karena harus menanggung beban biaya
produksi listrik yang tengah melonjak saat ini.

Secara keseluruhan, konsumen harus mempersiapkan diri memperoleh
tagihan listrik yang lebih besar, mengingat 95% listrik Singapura
dihasilkan dari gas alam impor.

Perlu diketahui, berdasarkan data BP Statistical Review 2021,
konsumsi gas alam Singapura pada 2020 sekitar 1,22 miliar
kaki kubik per hari (BCFD), naik tipis dari 2019 sekitar 1,21 BCFD.Bila
ekspor gas RI ke Singapura ini mencapai rata-rata 737,2 BBTUD (billion
bristh thermal unit per day), maka artinya sekitar 60% pasokan gas
Singapura dipasok dari RI.

(sef/sef)

https://www.cnbcindonesia.com/news/20211022065117-4-285683/ini-bukti-nasib-singapura-di-tangan-ri-terancam-gelap-gulita



Krisis Energi Singapura akibat Indonesia,
Ini yang Jadi Penyebab 

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Krisis energi tengah terjadi di sejumlah negara,
salah satunya dialami oleh Singapura. Krisis energi yang terjadi di
Singapura ternyata tak lepas dari keterkaitan dengan Indonesia.
Hal itu karena pasokan gas alam dari Indonesia ke Singapura melalui
pipa West Natuna mengalami gangguan sejak Juli 2021.

Mengutip Channel News Asia (CNA),
Kamis (21/10/2021), regulator energi Singapura, Energy Market
Authority (EMA), menyatakan, pasokan gas yang lebih rendah dari
Indonesia dan dibarengi tingginya permintaan listrik dari biasanya
telah membuat harga listrik di negara itu melonjak.
Singapura merupakan negara yang bergantung pada gas untuk
pembangkit listrik. Negara ini pun hampir memenuhi semua kebutuhan
energinya dengan impor. "Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor yakni permintaan listrik yang lebih tinggi dari
biasanya di dalam negeri dan pengurangan pasokan gas alam
perpipaan dari Indonesia," ungkap EMA. Di sisi lain, harga
gas alam cair (LNG) di global yang meningkat pesat saat ini
turut menjadi penyebab krisis energi.

Hal itu membuat perusahaan pembangkit listrik di Singapura
sulit beralih ke pembelian LNG untuk menutupi kekurangan
pasokan gas pipa dari Indonesia.

Tingginya harga gas yang berimbas pada lonjakan harga listrik
di Singapura setidaknya telah membuat tiga perusahaan listrik
menyetop usaha mereka. Ketiganya yakni Best Electricity Supply,
Ohm Energy, dan iSwitch Energy. Sementara itu, salah satu
perusahaan energi listrik lainnya, Union Power, menyatakan
pada awal pekan bahwa mereka mengurangi 850 akun pelanggan,
terutama komersial di tengah tarif listrik yang tinggi.
Langkah ini diambil sebagai bagian dari reorganisasi bisnis.
Adapun pihak SKK Migas mengonfirmasi adanya gangguan distribusi
gas dari Indonesia ke Singapura sejak Juli 2021. Namun,
kini dipastikan distribusi sudah kembali normal.

"Memang terjadi unplanned shutdown di salah satu produsen
gas kita, tetapi hanya beberapa hari saja dan sekarang
sudah kembali normal operation," ujar Deputi Operasi SKK
Migas Julius Wiratno kepada Kompas.com. Kondisi ini disebabkan
penurunan laju produksi gas akibat penghentian yang tidak
direncanakan (unplanned shutdown) di Lapangan Anoa.
Selain itu, sempat ada pengurangan pasokan gas karena
pemeliharaan terencana (planned shutdown) di Lapangan
Gajah Baru. Produksi kedua lapangan migas yang terletak di
Natuna itu telah menyebabkan produksi gas di Natuna
turun 27,5 persen dari puncak sebelumnya menjadi 370 juta
standar kaki kubik per hari (mmscfd). Kendati distribusi
ke Singapura sudah kembali normal, tetapi pasokan gas dari
Indonesia belum sepenuhnya bisa memenuhi permintaan Singapura.

"Sekarang sudah normal tetapi masih di batas bawah, jadi
kalau ada demand (permintaan) lebih ke buyer (pihak pembeli)
belum bisa terpenuhi," kata Julius.

 

Kompas.com - 21/10/2021, 13:02 WIB

https://money.kompas.com/read/2021/10/21/130241726/krisis-energi-singapura-akibat-indonesia-ini-yang-jadi-penyebab?page=all.
Penulis : Yohana Artha Uly
Editor : Ambaranie Nadia Kemala Movanita


Lihat RUBRIK RESUME DAN PETIKAN MEDIA 

Lihat Juga Rubrik Ekonomi Dan Bisnis 


Baca Juga :

 
 
Dual Server
 
 
Indeks