Cari Blog Ini

Rabu, 19 Mei 2021

Santi Dan Sketsa Detak Kehidupan Masyarakat Urban

 

Oleh : G. Ikka Wijaya, 
Ketua Divisi IT Paguyuban Asgar, Bandung


Konstruksi Masyarakat semakin kacau balau. Tidak ada yang bisa mengatasi kekacau balauan yang terjadi di tengah tengah masyarakat ini. Tidak ada yang cukup untuk dijadikan pedoman. Semua orientasi diarahkan ke penguasaan kuantitas mata uang dan bukan kualitas diri.

Adalah Santi (bukan nama sebenarnya) yang putus sekolah di tingkat SMP !!! Santi Duduk di kelas 3 SMP dan kemudian harus terpaksa mengikuti kelas on line (daring) karena Pandemi Covid-19. Karena tidak punya biaya untuk dibayarkan di sekolahnya yang swasta, Santi pun memutuskan untuk putus sekolah. Padahal akhir Maret ini teman-teman Santi sudah dipanggil kembali masuk ke kelas off line, karena akan ada ujian atau persiapan ujian akhir. Akan tetapi Santi memilih diam dan tidak ikut kembali masuk ke dalam sekolah.

Alasannya hanya satu, sekolah meminta uang.Pekerjaan orang tua Santi adalah tukang makloon sepatu, pembuat pesanan sepatu dari juragan sepatu. Jika ada pesanan pembuatan sepatu dari juragan sepatu, maka ayahnya akan membuat sepatu pesanan tersebut. Akan tetapi jika tidak ada pesanan tidak ada uang yang dipegang di tangan. Santi yang masih kecil itu memahami kesulitan orang tuanya, dan kemudian memutuskan tidak meneruskan sekolah.

Sekolah Swasta SMP Santi ini tidak pernah peduli dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada Santi.Juga saat Santi tidak datang ke sekolah tak pernah ada upaya untuk mencari tahu, dan memediasi masalah yang dihadapi oleh Santi.

Mereka para pengelola SMP Swasta itu hanya menjalankan sekolah untuk mendapatkan keuntungan dari uang yang dibayarkan oleh siswa yang masuk ke mereka.

Sekolah negeri ? Tidak perduli sekolah negeri atau sekolah swasta, yang penting bagaimana bisa mendapatkan uang yang cukup untuk para pemilik sekolah. Yayasan, guru-guru, kepala sekolah, penilik sekolah, kepala Dinas, Walikota/Bupati/Gubernur.

Mereka semua tidak pernah perduli kepada Undang-Undang Perlindungan Anak, yang melindungi masa depan anak-anak di bawah usia dewasa dari putus sekolah. Bagi rakyat kecil seperti Santi, tidak ada Undang-Undang itu. KPAI, Komisi perlindungan Anak Indonesia ? lembaga apalagi itu ? Santi tak mengenal itu semua, yang jelas semua derita kehidupan yang datang ya datang saja. Tak perduli ada pemerintah, tidak perduli ada Undang-Undang, tidak perduli pada apapun.

Ya memang kehidupan Santi sangat memilukan, tapi Santi tak pernah tahu apa itu BLT (Bantuan Langsung Tunai) apa itu bantuan pemerintah untuk orang miskin. Semuanya Hanya cerita di ujung
dunia, Santi tak pernah mengetahui tak pernah faham apa itu semua.Santi juga tak pernah berharap ada bantuan dari siapa-siapa. Hanya nanar melihat dan menunggu saja. Desa, Kepala Desa, Pak RT, Pak Camat, tidak tahu apa fungsi mereka dan apa hubungan mereka dengan kesulitan, kemiskinan yang di alami Santi dan juga orang tuanya. Mereka semua kelihatannya juga mengalami kesulitan yang sama. Tidak ada dengki atau iri atau rasa apapun di dalam hati Santi dan orang tuanya. Ya memang tidak punya uang, mungkin masuk katagori miskin, terus setelah itu apa ? Ya tidak apa-apa.Kalau meneruskan sekolah harus menyiapkan uang yang mereka tidak punya, ya nanti saja sekolahnya, jika sudah ada uang.

Tidak pernah ada bayangan apapun soal masa depan, jika tidak sekolah. Apa gunanya sekolah ? Juga tidak terlalu banyak dipikirkan.Kekacau balauan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat ini semakin parah. Masyarakat tidak tahu dan tidak mengerti mereka harus ke mana. Ke mana mereka akan di bawa.

Hasil produksi yang mereka hasilkan tidak cukup untuk membayar biaya anak sekolah, mengambil ijazah, dan banyak kekacauan lainnya. Negeri ini berjalan menuju arah yang tidak jelas. Semua kegiatan masyarakat diarahkan untuk berproduksi dan merebutuang, dengan berbagai cara.

Tidak perlu lagi ada kualitas kepribadian, tidak perlu lagi ada bobot etika, dan semua nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi itu tidak perlu. Sekarang semua nya menjadi sangat sederhana.

Hasilkan uang sebanyak-banyaknya. Dan setelah itu belanjalah apapun sebanyak-banyaknya. Bergembira terus tidak pernah berhenti. Jangan sampai bersedih atau terpuruk, dengan cara apapun carilah jalan untuk bergembira berfoya-foya bersuka ria.

Tidak perlu ada kebijaksanaan apa juga itu wise, tidak perlu ada pendidikan tinggi, apa gunanya, sopan santun hanya basa basi, bahkan agama untuk apa ? jika tidak punya uang. Bahkan agama yang menjadi dasar kehidupanjuga tidak mampu menyentuh relung terdalam dalam hati dan benak masyarakat.

Kerusakan besar sedang terjadi di tengah tengah masyarakat. Tidak ada pemerintahan, yang ada adalah orang-orang berseragam yang jika salah posisi bisa tertangkap, atau jika sedang sial akan merasakan kekuatan dan kekuasaan mereka. Masyarakat terkatung-katung. Masyarakat kehilangan arah dan pedoman. Semua yang dijadikan pedoman perlahan-lahan luntur dan menjadi tidak layak dijadikan pedoman.

Santi meninggalkan sekolahnya, mencari pekerjaan seadanya, mendapatkan uang itu yang penting.
Sayangnya memang, wajahnya tidak cantik, tapi Santi itu seorang wanita, bahkan wajahnya yang tidak cantik itu tidak menghalangi nya untuk menjadi wanita.Bahkan mantan bos nya yang di warung pinggir
jalan Mojosari itu pun sudah akan meniduri dia, jika dia tidak berhasil lolos. Gaji tak dibayarkan dan
kegadisan Santi juga hampirsaja diambil paksa oleh orang.

Tidak ada lagi yang melindungi Santi. Tekanan uang di segala penjuru membuat Santi tidak tahu harus bagaimana. Meneruskan sekolah ? bahkan jika harus menerima bea siswa atau sekolah gratis pun , Santi tidak lagi akan tertarik. Sekolah menjadi sangat tidak menarik. Guru-guru yang miskin, tidak pernah bisa dijadikan contoh. Apa yang diajarkan di sekolah juga tidak lagi terlalu menarik. Guru-guru mengajar tidak pernah fokus. Di Kepala Guru-guru itu hanya ada kebutuhan untuk mendapatkan uang yang cukup. Gaji yang didapat guru ? Tidak cukup. Untuk kredit mobil saja, tidak bisa. Kecuali ada proyekdari Diknas, mungkin bisa lebih baik kehidupan guru-guru.Tayangan tik tok di HP jauh lebih menarik dari yang diajarkan guru-guru, juga potongan-potongan film di you tube, atau situs situs menarik, situs situs rahasia di internet jauh lebih menarik (Baca : situs-situs porno).

Iya pemerintah punya internet sehat, semoga masyarakat bisa memanfaatkan internet sehat. Ah itu juga tindakan sia-sia. dengan aplikasi VPN saja filter internet sehat yang dibuat oleh Kominfo itu langsung tidak ada artinya.Semua konten menarik (Baca : Konten Porno) terbuka begitu saja, tinggal instal aplikasi VPN yang jumlahnya tak terhitung banyaknya di internet, program milyaran atau mungkin bahkan ratusan milyar yang diambil dari APBN oleh Kominfo itu tak lagi berarti. Ada yang pura-pura tidak tahu. Seolah-olah dunia internet itu sudah bersih dari konten-konten yang menarik seperti itu (Baca : Konten Porno)

Harus ada yang turun, dan tinggal di tengah tengah masyarakat. Menjadi paku alam, menjadi panduan masyarakatyang sedang cerai berai seperti ini.

Seorang yang baik, yang menjadi panutan, yang memberikan sebuah formulasi kehidupan yang benar, bukan formulasi kehidupan hedonisme dan carut marut, cerai berai seperti saat ini.

Bagaimana mungkin di tanah kita yang subur ini,ada orang yang tidak bisa makan, ada orang yang miskin, ada orang yang tidak mengerti ke mana jalan hidupnya. Tanah ini suburtanamlah apapun, dia akan menghasilkan apapun. Bagaimana kalian semua jadi kehilangan arah seperti ini.

Sambil menitikkan air mata di dalam hati, aku melihat kembali Santi. Wajahnya tidak cantik, tapi dia wanita sempurna, semua laki-laki akan gandrung pada tubuhnya. Tapi rasa kasih sayang yang mendalam, pada derita kehidupannya yang terlilit kebodohan dan ketidak tahuan menghapus semua itu. Kenapa kau jadi sebodoh ini. Kau tinggalkan kearifan dan kebijaksanaan demi mencari uang. Uang bisa membantu membeli semuanya. Bukankah masalah akan selesai dengan memiliki uang ?

Ajaran bahwa Tuhan bukan uang dalam kehidupan sehari-hari Santi begitu abstrak. Tak ada yang membantunya memahami. Butuh orang yang bisa memberikan pemahaman yang benar. Masyarakat sudah sakit parah, juga sistem pendidikan yang keropos parah, dan pemerintah yang tidak pernah jelas
ada di mana dan sedang berbuat apa untuk Santi.

Di manakah negara ? Apakah itu ? Sebuah konsep yang semakin lama semakin kabur dalam kehidupan Santi yang masih muda dan dipenuhi kesulitan hidup yang bahkan sulit dedefinisikan apakah itu. Dan dengan sangat sederhana didefinisikan sebagai uang....Tapi jika uang telah didapat bukanlah kecukupan yang didapat akan tetapi kekurangan yang terus menerus. Jika uang sedikit ada di tangan pasti tidak cukup, jika ada tambahan cukup banyak uang, uang itu pun habis. Materialisme membuat nilai mata uang menjadi kurang, banyak nya uang tak seberapa dengan kebutuhan untuk memboroskan uang, apalagi uang yang tak seberapa. 


Lihat Tajuk Rencana Dan Opini Lebih Lanjut :





History Published : 13/July/2021, 06.39 AM
 
 
 
Dual Server
 
 
Indeks
 
 

 

Lihat : Dukungan Untuk Mas Isfan Fadjar Satryo Mengalir dari DPD dan DPC HIPAKAD Seluruh Indonesia