Cari Blog Ini

Senin, 23 Agustus 2021

Mencari Satu Yang Hilang

Oleh : H. G Ikka Wijaya**

Danurwenda Covid 19

(1)
Apakah yang kau lihat anakku ? tanya Resi Durna.
Pohon, batang pohon, daun

Apakah yang sedang kau pikirkan ?
Siapa gadis cantik di taman sari itu Guru ? Guru kenal kan .. kemarin aku lihat Guru berbicara pada gadis itu

Setelah ini apa yang akan kau lakukan?
Aku lapar sekali Guru, aku mau makan es krim di Dapur Istana

Apakah cita-citamu anakku
Tentu saja Tahta Hastina Pura

100 lebih pertanyaan untuk 100 lebih putra putra Hastinapura

Apa yang kau pandang ? aku tak memandang apapun
apa yang kau pikirkan ? tidak ada yang aku pikirkan
apa keinginanmu? tak ada keinginan apapun, Mata Burung Dadali
Apa cita-citamu ? Mata Burung Dadali
Tahukah kau gadis cantik di Taman Sari ? Mata Burung Dadali
....
apa yang terlihat ? mata Burung Dadali

Dorna termangu, untuk 1 orang ini dia harus bertanya 100 pertanyaan atau lebih. Lebih banyak pertanyaan yang dia ajukan pada 1 orang ini dibandingkan kepada yang lain. Dan jawaban anak ini hanya satu. Tidak ada, hanya ada Mata  Burung Dadali

" Lepaskanlah anak panahmu, anakku..."

Dan anak panah itupun melesat menembus kepada Dadali di atas pohon. Seketika itu juga.

Arjuna berhasil menguasai Danurwenda untuk pertama kalinya. Tidak ada yang mampu belajar secepat itu. Dan Durna menemukan siswa terbaiknya. Bahkan Aswatama pun tak sebaik Arjuna. Hari itu hanya ada satu anak panah yang dilepaskan dan anak panah itu menembus mata Burung Dadali

(2)

Missing link

Di mana letak missink link nya. Bahkan uji DNA pun tak akan mampu menemukan jembatan penghubung antara Javaman dengan kita.

Eugene Dubois berhasil menemukan fosil manusia Homo Erectus tertua di dunia. Hanya 20 tahun setelah On Origin Of Species diakui di lingkup Royal Society di Eropa. Pada tahun 1859 On The Origin Of Species ditulis oleh Darwin. Pada tahun 1870 semua ilmuan Eropa setuju bahwa Evolusi memang telah terjadi. Dan E Dubois pada tahun 1893 berhasil menemukan Homo Erectus yang mengejutkan itu di Pulau Jawa.

Seluruh Eropa terkejut menemukan Javaman. Dan menganggap manusia 1,6 juta tahun yang lalu itulah nenek moyang manusia. Manusia pertama kali pasti turun di Pulau Jawa, karena tidak ada fossil manusia setua fossil Javaman. Berbagai teori berkembang di Eropa menyusul Dubois. Dan sejak tahun 1900 awal, awal abad ke 20 Pulau Jawa menjadi perhatian dunia. Alien atau bahkan Extra Terrestrial yang terdampar di Bumi terbukti ada di Pulau Jawa. Dan sejak saat itu Pulau Jawa menjadi sangat sakral di seluruh dunia. Javaman menjadi pusat asal usul manusia dunia.

Pada tahun 1927 China mencoba memperkenalkan Peking Man untuk menyaingi Java Man. Akan tetapi fosilnya konon hilang dan tak pernah ditemukan lagi selama lamanya (paling tidak sampai tulisan ini dibuat). China pasti tidak suka dengan konsep Javaman. Sebuah penghinaan untuk yang kesekian kali oleh orang pulau ini, sejak masa Kertanegara di Malang Singosari (belum ada yang memberi nama Kota Malang di lokasi itu, saat itu).

Dendam lama Ku Balai Khan, cucu Gengis Khan, bersemi kembali. Sepanjang sejarah, China tak pernah mau kalah dengan yang lain. Selalu ingin memang sendiri. Bahkan fosil Peking Man yang ada sekarang, hanya tinggal replika, karena fossil aslinya tiak pernah ditemukan, tak pernah ada yang menanyakan kemungkinannya sebagai karya palsu dari ilmuan China yang terobsesi Javaman.

Sudah menjadi kebiasaan memalsukan data, di kalangan para arkeolog hanya untuk memperkuat teorinya. Dan anehnya meski tak ada bukti apapun soal fossil nya,  Peking Man dianggap menjadi sebuah bukti sejarah untuk menunjukkan missing link. Bahkan sebuah bukti imajinatif pun diterima sebagai bagian dari missing link. Sebut saja begitu (imajinatif) karena memang tak pernah ditemukan fossilnya sampai saat ini, selain hanya cerita dan catatan tentang fossil yang bisa dibuat dengan niat apapun dan tujuan apapun.

Seperti kisah Perang Imajinatif, Perang Bubat yang dibuat oleh Dr. C. Bregg dari Belanda. Seorang Doktor berbohong tentang perang imajinatif yang dibuat untuk tujuan penghancuran persatuan Jawa Sunda yang gagal diciptakan pada Perang Diponegoro. Sebuah Perang yang hampir saja sukses menghancurkan VOC, jika Sunda bisa dipersatukan oleh Diponegoro untuk berperang menyerang VOC.

Atau Dr. Snoch Horgronye yang berpura-pura masuk Islam, belajar Agama Islam di Mekah, lalu kembali ke Aceh membuat ribuan hadits palsu, dengan tujuan utama menaklukkan Teuku Umar dan Cut Nyak Dien. Siapa bilang ilmuan tidak bisa imajinatif dan berbohong untuk tujuan tertemtu. Dua ilmuan besar Belanda anthropolog besar, C, Berg dan Dr, Snoch Horgronye adalah para pembohong Hadits Palsu untuk Teuku Umar dan Cutr Nyak Dien, dan Perang Bubat Untuk menahan Diponegoro.

Setelah hingar bingar Peking Man, tiba-tiba pada tahun 1975 ditemukan fossil Homo Erectus yang berusia 1,9 juta tahun di Afrika, atau menurut penelitian yang lain antara 1,9 juta tahun sampai 1,4 juta tahun. Fossil ini dibilang lebih muda atau lebih tua dari Fossil Javaman Dubois di Sangiran yang berusia 1,6 juta tahun.

Muncullah teori ekspedisi keluar Afrika, mencoba menghapuskan dominasi Java man sebagai asal manusia pertama di dunia. Dalam teori itu manusia pertama turun di Afrika dan bermigrasi ke seluruh dunia termasuk ke Pulau Jawa. Akan tetapi fossil yang ditemukan di Afrika tidak jauh lebih tua dari Fossil Java man. Karena meskipun Fossil Trinil Sangiran berusia 1,6 juta tahun, akan tetapi ada fossil Homo Mojokertensis yang berusia lebih tua, 1,8 juta tahun yang lalu.

Dan penemuan di Afrika ragu-ragu menyebut angka 1,4 juta tahun karena merasa Javaman jauh lebih tua. Jika tidak ragu-ragu, maka tidak akan ada jangka waktu fossil yang ditemukan. Jangka waktu antara 1,9 juta tahun lalu sampai 1,4 juta tahun yang lalu adalah sebuah titik awal adanya keraguan dalam penemuan tersebut. Para penemunya sendiri tidak yakin, sebagaimana keyakinan E. Dubois dan rentetan penemuan berikutnya.

Akan tetapi para Ahli menjadi memaksanakan Afrika sebagai tempat turun pertama, karena indikasi Bibliologi yang mengarahkan ke Afrika. Para ahli tafsir Bible percaya bahwa Afrika adalah lokasi turunnya manusia kera nenek moyang manusia. Mungkin Adam adalah sejenis makhluk manusia kera yang menandai missing link yang terjadi. Dan dalam kasus Afrika ini telah akan terjadi kisah Galileo yang kedua.

Saat teori Heliosentris adalah hal yang salah menurut tafsir Biblical yang merujuk pada Teori Geosentris. Dan Galileo baru diampuni oleh gereja pada tahun 1992, setelah Gereja menghukum  Galileo karena mengajarkan Geosentric Copernicus pada tahun 1822. Butuh waktu lebih dari 150 tahun untuk mengampuni Galileo.Dan pengampunan itu diberikan setelah Nasa berhasil meluncurkan Galileo Galilei menuju planet-planet Tata surya Matahari. Saat ini pesawat pesan umat manusia itu bahkan telah melintasi sabuk terluar Tata surya Matahari menuju ketidak terbatasan langit yang memiliki tak hingga keluasan.

Homo Bumiayu, Banyumas, adalah penemuan terbaru setahun yang lalu (2019) yang mencatat angka yang sama dengan Homo Mojokertensis. Homo Bumiayu mencatat angka 1,8 juta tahun yang lalu, sama atau sedikit lebih tua dari Homo Trinil, Sangiran, Homo Soloesnsis.

Sebelumnya pada tahun 1991 ditemukan  juga fossil dengan usia 1.6 juta tahun yang lalu di Georgia. sama dengan Javaman di Sangiran. Tapi Fossil Homo Erectus Mojokertensis yang ditemukan kemudian berusia 1,8 juta tahun yang lalu. Dan terakhir 2019 yang lalu Homo Bumiayu ditemukan berusia sama dengan Homo Mojokertensis.Javaman kembali menunjuk Pulau Jawa sebagai lokasi turunnya manusia homo erectus pertama di muka Bumi. Thesis tentang Georgia sebagai bukti adanya penyebaran manusia dari Afrika, tumbang dengan angka 1,8 juta tahun yang baru di Bumiayu.

Akan tetapi China dengan sangat tidak tahu malu membuat penanggalan mundur di 2,1 juta tahun yang lalu. Meskipun tidak ada fossil yang ditemukan di China akan tetapi berbagai alat-alat gerabah dari Batu yang diuji menunjukkan angka waktu di 2,1 juta tahun yang lalu, mengalahkan angka 1,9 juta tahun yang dibuat ragu-ragu di Afrika.

Perebutan tempat pertama asal usul manusia di dunia selalu menjadi perdebatan dan adu unggul di antara Afrika, Jawa, dan China. Dan pemenangnya selalu Javaman. Selalu ada alasan untuk memenangkan Javaman. Meskipun China paling berhasil mengelola gua-gua tempat tinggal tanpa fossil dan gerabah batu yang ditemukan di dalamnya sebagai tempat Wisata yang jauh lebih berhasil dari Javaman dan Afrika. Bahkan imajinasi bisa mengalahkan realitas.

Akan tetapi yang dicari dalam missing link masih belum ditemukan. Baik Realitas ataupun imajinasi yang dibuat, untuk mendukung proses pencarian missing link masih belum mampu menemukan di manakah letak missing link sebenarnya. Dan janganlah lupa bahwa pertikaian belum diperluas misalnya ke arah Meganthopus Palaeo javanensis dan berbagai spesies lain pembawa missing link Darwin yang lain, yang jumlah spesiesnya bukan hanya satu.


(3) Missing Link Yang Masih Hilang di Covid 19

Sebuah noktah yang hilang juga masih menghantui manusia selama beberapa bulan terakhir. Manusia jumawa (sombong) dengan berbagai teknologi tinggi yang dia temukan. Bahkan Galileo pesawat karya NASA yang diluncurkan pada tahun 1989 yang lalu telah berhasil menembus sabuk terluar tata surya.

Bahkan negara yang suka berimajinasi berlebihan, China, dengan sangat sombong melalui mulut Presidennya Xi Jinping, pada 1 Oktober 2019 menyatakan bahwa tidak ada kekuatan yang bisa mengguncangkan Negeri China yang hebat ini. China memang menggurita dan menjadi Super Power ekonomi baru. Super Power Baru dengan dukungan teknologi yang kuat bahkan dengan berani menantang Amerika Serikat.

Akan tetapi tak lama setelah itu China dihantam Covid-19 yang menghancurkan ekonomi dan kehidupan negeri komunis itu. Dan berbagai klaim soal keberhasilan nya dalam menangani Covid-19 masih dibayangi oleh aksi penipuan soal angka kematian dan banyak hal lain yang halal dilakukan di dalam "mahzab" komunis. Menipu itu boleh boleh saja, itu menjadi dasar dan ajaran utama komunis.

Tak kurang bahkan pemerintah Republik pun terkena bujuk rayu yang tidak berhenti dari China. Bukan negeri nya atau bahkan bukan etnis atau penduduk Chinanya yang menjadi masalah. Akan tetapi gaya pemerintahan dan ideologinya yang salah besar. Bahkan Confusius juga sangat dekat dengan Pancasila dan nilai-nilai kejujuran dan kemanusian di Republik. Akan tetapi Confusius sudah dipelintir oleh Komunis yang jago memelintir.





Kirimkan Komentar Anda Untuk Tulisan ini. 
Dan Dapatkan Hadiah E-Money 300 ribu untuk komentar anda


Ekonomi raksasa China berhasil dibangun melalui visi imajinatif. Visi Mimpi Rakyat China yang disampaikan oleh Xi Jinping adalah model imajinatif real yang diterapkan di negera oleh para pemimpin nya  yang salah. Darah ribuan puluhan ribu atau bahkan mungkin ratusan ribu rakyat, yang diperkosa oleh negara, dibunuh dan dianiaya oleh negara untuk mendukung industri China di tahun 1980-1990 an adalah noda sejarah yang dicatat, akan tetapi seperti biasa coba dihapus dan dipelintir oleh para penguasa dan ideologi komunis.

Dan meminjam istilah Donald Trumph Virus Cina (ungkapan nama yang membuat naik Pitam pemerintah China) yang sebelumnya menghantam Wuhan China itu, sekarang telah menyebar di seluruh dunia, 3 juta lebih orang positif terkena serangan Virus dan angka meninggal telah mendekati 300 ribu sampai saat ini, di seluruh dunia. Belum termasuk ratusan ribu korban yang dikaburkan jumlahnya oleh pemerintah China (studi hilanganya sekitar 2 juta nomor telepoh seluler di China saat Wabah Covid-19 menjadi catatan lain yang digunakan oleh mereka yang menyerang kebohongan yang dilakukan oleh China).

Dan Hoax soal obat Covid dan juga Vaksin yang telah ditemukan sejak awal Februari 2020 yang lalu oleh China tidak bisa menjawab ratusan ribu korban meninggal yang terus terjadi setelah pengumuman Vaksin Covid-19. Favipiravir atau T-705 atau Avigan atau Favilavir atau Fapilavir, adalah anti virus yang ditasbihkan sebagai anti virus sejak pertengahan Februari 2020 yang lalu oleh China. Akan tetapi sejak antivirus disetujui sebagai solusi Covid-19, sampai saat ini telah ada lebih dari 200 ribu nyawa yang melayang dan jumlah korban positif melebihi 3 juta orang dengan grafik eksponensial.

Demikian pula Amerika Serikat melalui FDA mengumumkan Remdesivir yang akan diujikan besok Senin waktu setempat (5/5/2019) ke Pasien Covid-19, sama seperti China, apa yang dilakukan kedua negara ini hanyalah mencoba menemukan titik noktah yang hilang missing link, titik penghubung yang hilang antara penyakit dan penawarnya.

Missing Link yang terus dicari untuk memberikan solusi dan jawaban yang memuaskan terhadap sebuah permasalahan lokal dan bahkan global. Terkadang manusia menjadi tersesat jauh dan mengakibatkan dampak global yang parah. Sebelum missing link ditemukan.  

Seperti penyakit Cacar yang telah dikenal sejak 10 ribu SM atau 12 ribu tahun yang lalu, baru ditemukan anti virusnya oleh Edward Jenner pada tahun 1796. Dan dunia baru bebas Cacar pada tahun 1980 sebagaimana diumumkan oleh WHO. Butuh 11 ribu tahun untuk menemukan anti virusnya. Dan butuh 200 tahun untuk menghentikan Cacar di seluruh dunia pada tahun 1980 bahkan setelah vaksin nya ditemukan. Dan korban yang dicatat oleh Cacar adalah 300 juta kematian di seluruh dunia. Bukan hanya 300 ribu seperti yang dibunuh oleh Covid-19 sampai hari ini.

Missing Link harus segera ditemukan. Karena jika tidak korban yang jatuh bisa mencapai orde yang mengerikan, bahkan korban ratusan juta manusia. Dan Sejarah telah mencatat pengulangan-pengulangan ini dengan teliti. Dan seperti biasa missing link selalu masih biasa miss dari umat manusia. Bagaimana mengatasi hal ini semua ? Apakah perlu dengan berbohong teknik menipu seperti China ? Atau utak atik data seperti yang dilakukan di Amerika Serikat ? Atau adakah cara yang lebih elegant ?


**(Penulis adalah Jurnalis Senior dan penasihat khusus Kementerian Kominfo (2000-2009))
*** Dimuat pertama kali di Informatika Newsline 2 Mei 2020

Lihat Tajuk Rencana Dan Opini Lebih Lanjut :